AMIN

Kejar Akhirat Maka Hati Tak Akan Galau

25 Mar 2023  |  192xDitulis oleh : Admin
Kejar Akhirat Maka Hati Tak Akan Galau

Hidup di dunia ibarat musyafir dan dia akan kembali ke negeri sejatinya yakni kampung akhirat. Sebagaimana orang yang menyewa sebuah rumah, tentunya ida akan berpikir ulang ketika akan memperbaiki rumah tersebut dengan biaya yang tidak sedikir. Atau membeli perabot yang banyak yang dapat memenuhinya.

Di sinilah mukmin yang cerdas akan menyederhanakan kehidupan dunianya dalam perkara –perkara yang tidak terlalu urgen. Sebatas hal-hal bermanfaat untuk kehidupan dunia yang semua itu dilakukan untuk menopang kehidupan akhirat. Sesuatu yang wajar-wajar saja dan tidak berlebihan agar semua yang semikian akan terasa nikmat. Atau sesuatu yang dilakukannya benar-benar bermanfaat untuk tubuhnya, menguatkan hatinya, dan menambah iman dan takwanya pada allah Ta’ala.

Orang yang mengejar akhirat maka dia akan menganggap dunia begitu remeh dan hatinya tidak akan galau hanya karena masalah dunia.

Hati Tak Akan Galau

Ibnu Qayyim Al Jauziyah rahimahullah berkata : kegelisahaan, kesusahan, dan kesedihan datang dari sua hal: pertama, menginginkan dan berambisi terhadap dunia, kedua, kurangnya melakukan amal kebaikan dan ketaatan (Uddatus Shabirin, hlm 258)

Orang yang tujuan hidupnya hanya mengejar dunia dengan segala kenikmatannya tanpa menyisakan ruang hatinya untuk meraih kebagahiaan akhirat maka dia akan merugi, dunia belum tentu teraih sedangkan target akhirat bisa lepas.

Karena itu kejarlah akhirat niscaya dunia akan mendatangi kita. Saat dunia menari-nari dengan segala pesonanya yang memikat, saat itulah hati terus risau karena semakin hati condong pada dunia maka kehidupan akhiratpun kian jauh untuk diraih.

Ibnu Qayyim rahimahullah berkata “ Adapun cara menguasai hati yang dikuasai oleh syahwat, perlu dinasehati dengan baik agar menyederhanakan urusan dunia dan meningkatkan urusan akhirat” (Ighasatul Lahfan Min Masha’idisy Syaitan, I:450)

Unggulilah dalam Urusan Akhirat

Menyederhanakan urusan dunia akan melapangkan hati sehingga tidak akan meraih dunia secara berlebihan sehingga waktunya terforsir untuk mengejarnya. Karena obsesi puncaknya adalah kebahagiaan akhirat maka tatkala orang lain mengunggulinya dalam masalah harta, jabatan, anak dan berbagai ragam kenikmatan dunia, maka dia akan tetap tawadhu’ dan tidak gelisah.

Sebaliknya justru semangatnya semakin membara untuk mengunggulinya dalam perkara ketakwaan dan ketataan pada Allah Ta’ala. Hasan Bashri rahimahullah berkata. “ Apabila engkau melihat seseorang mengunggulimu dalam hal dunia, maka unggulillah dia dalam hal akhirat” (Lathaif Al Ma’arif Ibnu Rajab Al Hanbali, hlm 428).

Sungguh hati ini sangat berkesan manakala melihat sosok mukminah yang Allah Ta’ala lapangkan rejekinya namun dari sisi penampilan begitu sederhana nyaris tak terlihat bahwa dia sosok kaya raya. Perabotannya juga tak berbeda dengan orang berkelas. Ditambah juga keunggulannya adalah dia justru mencurahkan waktunya, hidupnya, dan kakinya untuk mengejar kemuliaan akhirat. Bukan berarti dia meremehkan dunia namun dia memprioritaskan hidupnya untuk sesuatu yang abadi.

Jadi hendaklah kita menjauhi lebih-lebihan makan, bicara dan tidur, karena itu menjadi sebab hilangnya kenikmatan dunia dan akhirat. Saatnya hidup mulia dengan segala dilupakan nikmat dari Allah Ta’ala, menggunakannya untuk mencari akhirat dan menilai orang lain dengan kacamata akhirat, ketaqwaan dan kesalehannya, bukan dengan standar dunia yang lebih mengangungkan materi.

Dengan menyederhanakan kehidupan dunia niscaya akan lebih siap mengumpulkan bekal menuju masa depannya dan hisabnya akan lebih ringan dan mudah biidznillah.

Baca Juga: