Al Masoem

Terowongan Wilhelmina, Terowongan Kereta Api Bersejarah yang Mulai Terlupakan

1 Mei 2022  |  833xDitulis oleh : freelancer
Terowongan Wilhelmina, Terowongan Kereta Api Bersejarah yang Mulai Terlupakan

Terowongan Wilhelmina, terowongan ini diambil dari nama Ratu Belanda yakni Wilhelmina Helena Pauline Maria. Terowongan ini adalah terowongan kereta api paling panjang yang pernah ada di Indonesia dengan panjang sekitar 1.116 meter. Terowongan ini berhasil dibangun oleh sebuah perusahaan kereta api pada zaman Belanda yang bernama Staats Spoorwegen (SS) tahun 1914 dan mulai dipergunakan untuk umum sejak 1 Januari 1924. Terowongan Wilhelmina.

Terowongan ini adalah salah satu terowongan kereta api jurusan Pangandaran dari arah Banjar menuju Cijulang sepanjang 82 km. Pada masa jayanya, terowongan Wilhelmina ini sempat dijuluki dengan sebutan terowongan Sumber. Tetapi nama itu hilang ditelan waktu sebab jalur kereta api Banjar-Cijulang berhenti beroperasi karena biaya operasional dan minimnya pendapatan dari para penumpang kereta api di jalur tersebut.

Dalam penggarapannya yang cuma selama empat tahun tersebut menyisakan banyak cerita di balik pembangunannya. Pada 1916, penggalian sempat berhenti lantaran tidak ada tenaga ahli yang akan melanjutkan pekerjaan membangun terowongan Wilhelmina. Alasannya yaitu jalur dan medan yang dilewati sangatlah sulit dan pekerja banyak yang mati karena mendadak sakit. Namun Staats Spoorwegen terus meneruskan pembangunan jalur ini.

Pasalnya jalur ini amat penting untuk mengangkut hasil bumi berupa kelapa/kopra yang melimpah di daerah itu. Tidak cuma itu, awal pembangunan jalur kereta api Banjar-Cijulang ini melatarbelakangi kebutuhan ekonomi lantaran banyaknya perkebunan di seputar wilayah itu dan amat membutuhkan transportasi yang layak untuk pengangkutan.

Akhirnya kehadiran jalur kereta api tersebut merupakan bagian kehidupan di wilayah Kabupaten Ciamis, terutama Banjar dan Cijulang sampai tahun 1980-an. Terowongan Wilhelmina memiliki bentuk lurus dan panjang sehingga Anda dapat melihat ujung yang satu dari ujung yang lainnya dari terowongan itu berbentuk setitik cahaya.

Tidak terbayangkan berapa jumlah pekerja untuk membangun dan memahat batu-batuan keras sepanjang satu kilometer lebih ini. Terowongan Wilhelmina gelap dan panjang, agak seram sebab cahaya yang masuk memang amat sedikit atau benar-benar tidak ada cahaya sama sekali kecuali setitik cahaya dari ujung terowongan yang satunya lagi. Disamping melalui Terowongan Wilhelmina, jalur ini juga melewati jembatan layang yang tinggi sebagai penyangga jalur terowongan ini.

Jalur yang dahulu ramai, sekarang hanya tersisa peninggalan sejarah. Terowongan yang gelap tanpa cahaya, rel-rel yang sudah hilang, air yang meresap masuk ke dalam terowongan membuat terowongan ini dipenuhi dengan semak belukar karena tidak terawat. Padahal terowongan ini merupakan salah satu bukti sejarah keberadaan jalur kereta api Banjar-Pangandaran-Cijulang. Tidak hanya menjadi bukti sejarah, Terowongan Wilhelmina pun dapat digunakan menjadi objek wisata sebab panorama alam di sekitarnya sangatlah indah.

Baca Juga: