RajaKomen

Kemendikdasmen targetkan rehabilitasi 750 SMK dan 150 SLB lewat PSPP demi pendidikan vokasi lebih layak

5 Jul 2025  |  71xDitulis oleh : Admin
mendikdasmen

Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) terus berupaya meningkatkan kualitas pendidikan vokasi dan layanan pendidikan khusus melalui Program Perbaikan Sarana dan Prasarana Pendidikan (PSPP). Pada tahun 2025, program ini menyasar lebih dari 750 Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dan lebih dari 150 Sekolah Luar Biasa (SLB) di seluruh Indonesia.

Direktur Jenderal Pendidikan Vokasi, Pendidikan Khusus, dan Pendidikan Layanan Khusus, Tatang Muttaqin, menjelaskan bahwa PSPP mencakup pembangunan dan perbaikan ruang belajar, ruang praktik, toilet, dan kantin sekolah. Tujuan utamanya adalah untuk menciptakan lingkungan belajar yang lebih baik, nyaman, serta mendukung peningkatan keterampilan dan daya saing lulusan vokasi dan SLB.

“Program ini akan berdampak besar pada proses pembelajaran yang lebih berkualitas dan mendukung lulusan yang terampil, mandiri, dan berdaya saing,” ujar Tatang dalam siaran persnya, Senin, 5 Mei 2025.

Tak hanya SMK dan SLB, program ini juga menjangkau lebih dari 50 satuan pendidikan nonformal seperti Sanggar Kegiatan Belajar (SKB) dan Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM). Langkah ini memperkuat komitmen Kemendikdasmen untuk mewujudkan pendidikan inklusif dan merata di seluruh Indonesia.

Peluncuran PSPP ini turut dibarengi dengan groundbreaking serentak di 11 satuan pendidikan dari Aceh hingga Papua, termasuk SMKN 3 Banyumas, SMKN 3 Banda Aceh, SLBN Slawi, SLB YPAC Makassar, dan PKBM Al-Firdaus.

Kepala PKBM Al-Firdaus, Aar Apriani, menyambut baik perbaikan fasilitas yang selama ini menjadi kendala aktivitas belajar warga belajar. "Ruang kami sangat terbatas, kadang harus meminjam fasilitas desa. Adanya perbaikan ini akan sangat mendukung pembelajaran yang lebih efisien dan nyaman," jelas Aar.

Sementara itu, Kepala SLBN Slawi, Ninik Basri Martini, mengungkapkan kegembiraannya karena program ini menjawab keresahan guru dan orang tua atas keterbatasan ruang belajar khusus bagi siswa tunarungu dan tunagrahita. “Orang tua juga sangat bersemangat terlibat karena ini adalah kebutuhan nyata bagi anak-anak mereka,” ujar Ninik.

Tak kalah antusias, Shellena Arshani, siswa kelas XI SMKN 3 Banyumas, mengaku lega karena ruang praktik yang lapuk dan sempat hampir roboh akhirnya diperbaiki. “Saya harap ruang baru ini bisa memunculkan semangat baru untuk kami berlatih dan berkreasi,” ucap Shellena.

Menariknya, proyek rehabilitasi ini juga melibatkan warga sekitar, seperti Kiman, seorang tukang bangunan lokal. “Kami bangga bisa terlibat. Selain menambah penghasilan, kami juga merasa punya peran dalam membangun pendidikan untuk anak-anak di kampung sendiri,” katanya.

Program PSPP menjadi bukti bahwa pembangunan infrastruktur pendidikan tidak hanya memperbaiki bangunan fisik, tetapi juga menghidupkan semangat gotong royong, membangun masa depan, dan membuka peluang ekonomi lokal.

Baca Juga: