Keberhasilan menjadi ibu adalah sesuatu yang diidamkan banyak wanita, dan sampailah pada akhirnya dipercaya untuk menjalankan perjalanan kehamilan anak ketiga yang penuh dengan tantangan, kesedihan dan rasa cemas. Inilah kisah seorang ibu yang harus rela kehilangan bayi yang diharapkannya.
Awalnya Tita (nama samara) merasa cemas dan takut kenapa hamil diusia yang tidak muda lagi, tetapi suami memberi dukungan dan akhirnya Tita menjalani kehamilannya dengan harapan bahwa bayinya itu adalah anak laki-laki yang akan menjadi anak soleh yang bisa mengangkat derajat orang tuanya.
Hari demi hari, minggu demi minggu dan bulan demi bulan dilalui dengan penuh rasa kesakitan, karena begitu banyak keluhan yang dirasakan pada saat menajankan kehamilan di usia kepala empat. Dengan ekonomi yang pas-pasan tak jarang makan seadanya dan pernah suatu hari Tita dikasih makan sore baru bisa makan pukul 20.00 dan itu dari siang tak ada cemilan atau makanan kecil.
Padahal saat itu Tita baru meminum obat dari dokter dan perut kosong belum makan sapai dengan pukul 20.00 suaminya baru pulang membawakan makanan untuk Tita.
Hingga akhirnya datanglah pemeriksaan terakhir tanggal 14 desember dan akhirnya dokter memponis bahwa air ketuban sudah berkurang dan harus segera untuk dilakukan operasi cesar. Dan pada hari itu juga Tita tidak pulang kerumah karena harus mengikuti saran dokter. Tita berharap semua berjalan dengan baik-baik saja.
Namun, takdir berkata lain setelah Tita melahirkan bayi dan ternyata kondisi kesehatan bayinya sangat buruk. Bayi tersebut harus diberikan perawatan intensif di unit neonatal dan apalah namanya selama beberapa hari. Tita merasa sedih melihat kondisi bayinya yang begitu lemah, tetapi Tita tidak kehilangan harapan dan selalu berdoa untuk kesembuhan bayinya.
Sampai pada akhirnya Tita boleh membawa pulang bayinya dengan syarat bayinya harus segera dibawa ke rumah sakit rujukan dari rumah sakit tepat Tita melahirkan bayinya, alasannya peralatan untuk merawat bayinya tidak lengkap.
Singkat cerita, Tita berjuang membawa bayinya ke rumah sakit yang telah ditunjuk dan sampai pada akhirnya setelah beberapa hari bayinya akhirnya meninggal. Upaya Tita untuk menyelamatkan bayinya tidak berhasil, Tita merasa sangat sedih, merasa bersalah dan kecewa. Ia merasa semua usahanya selama Sembilan bulan telah sia-sia dan usahanya membawa bayinya ke rumah sakit juga sia-sia.
Namun berkat suami yang terus memberi kakutan dari rasa sakit dan kesedihannya itu, Tita menyadari bahwa meskipun bayinya tidak hidup, tapi Tita masih memiliki tanggung jawab sebagai seorang ibu karena ada anak-anak yang lain yang menantinya butuh kasih sayang dan perhatiannya.
Tita banyak mendapat dukungan dari keluarga dan saudara dan teman-temannya dalam mengatasi trauma dan juga rasa kecewa, rasa bersalahnya. Ini kisah Tita untuk berbagi dengan orang lain supaya semua orang sadar bahwa kehamilan dan persalinan tidak selalu berjalan lancar, dan bahwa kehilangan bayi bisa terjadi pada siapa saja dan di usia berapa saja.
Tetaplah untuk selalu kuat dan sabar dalam menghadapi semua cobaan, karena takdir Allah pasti terjadi dan kematian juga itu pasti. Bersykur selalu atas semua bahagia dan sedih supaya hati benar-benar ikhlas. Menangis boleh tapi jangan meratapi, karena bayi yang meninggal itu sudah pasti jaminannya syurga yang indah.